Posts

Showing posts from October, 2019

#PUISI "Lembayung Senja"

Image
Image :  Pixabay.com "Lembayung Senja" Aku masih di sini, menunggumu. Bermandi cahaya senja bersama iringan pilu, Menarik raga yang masih berdentam menggebu, Berdendangkan syair berlarik rindu. Aku masih di sini, merindu. Bertemankan nyanyian ombak yang menghantam batu, Bergelung bersama tarian nyiur yang tak mengenal waktu, Berselimutkan pasir putih yang selembut hatimu. Aku masih di sini, memujamu. Dengan kepingan hati yang kuharap dapat kembali menyatu, Berharap tak jemu menghitung sewindu, Hingga tak ada lagi ragu untuk beradu temu. Ah, lembayung senjaku. Kini kau kembali melukis di kanvas kalbu, Bersama dengan melambungnya harap nyataku. Aku, kamu bersatu padu. Singkawang, 4 Maret 2019

"Mengapa Harus Menulis?" || Catatan Hati

Image
Image:  Pixabay Kulihat mentari sedang bersinar dengan  malu-malu, membawa rasa sendu pada nuansa pagi ini. Pun dengan sapuan sang bayu, menggoyang lembut dahan nyiur yang berada di seberang tempatku duduk. Netraku masih menelisik dibalik jeruji besi jendela rumah. Ah, mungkin kehidupan di luar sana terasa lebih menyenangkan! Tapi, kembali aku terpekur. Bukankah aku sedang menikmati keindahan ciptaan-Nya? Lalu mengapa aku seolah-olah merasa terkurung di bilik kamarku sendiri? Nyanyian sang ayam betina mengembalikanku ke alam sadar, sedang netraku masih terpaku pada semak yang telah menghitam, mati mengenaskan. Dan, pergerakan di seberang kanan mencuri perhatianku.  Atap sederhana yang terbuat dari terpal bekas, terlihat mengayun pelan diterpa angin. Tenda tempat peristirahatan tukang-tukang untuk berlindung kala panas maupun hujan terlihat sesak. Terhitung, sekitar sepuluh orang yang duduk di dalam tenda sederhana itu. Tak lama, terdengar riuh rendah tawa di sana. Entah apa

#PUISI "Ialah Wanitamu"

Image
"Ialah Wanitamu" Ialah wanitamu. Kokoh laksana karang yang dihantam ombak, Rapuh dalam belenggu rasa yang perlahan terkuak, Ia pendam, hingga menjadi kerak. Ialah wanitamu, Ia laksana kayu kepada api Rela pertaruhkan raga meski nyawa terlihat tak berharga, Rela hancur agar cintanya hidup sepanjang masa. Ialah wanitamu. Laksana udara, Ada tapi tak dapat selalu mengarahkanmu kembali menuju surga Ia setia, tapi tak bisa menjadi alasan kau tetap bersamanya. Ialah wanitamu. Kerutan halus selalu menemani wajahnya, Tak pelak ia tetap berusaha menjadi sempurna, Agar kau tak berpaling darinya. Ialah wanitamu. Yang masih memujamu meski kerap terluka, Yang masih tersenyum meski tersengat kecewa. Ialah wanitamu, istrimu. Singkawang, 10 Maret 2019