"Mengapa Harus Menulis?" || Catatan Hati

Image: Pixabay

Kulihat mentari sedang bersinar dengan  malu-malu, membawa rasa sendu pada nuansa pagi ini. Pun dengan sapuan sang bayu, menggoyang lembut dahan nyiur yang berada di seberang tempatku duduk. Netraku masih menelisik dibalik jeruji besi jendela rumah.

Ah, mungkin kehidupan di luar sana terasa lebih menyenangkan! Tapi, kembali aku terpekur. Bukankah aku sedang menikmati keindahan ciptaan-Nya? Lalu mengapa aku seolah-olah merasa terkurung di bilik kamarku sendiri?

Nyanyian sang ayam betina mengembalikanku ke alam sadar, sedang netraku masih terpaku pada semak yang telah menghitam, mati mengenaskan. Dan, pergerakan di seberang kanan mencuri perhatianku. 

Atap sederhana yang terbuat dari terpal bekas, terlihat mengayun pelan diterpa angin. Tenda tempat peristirahatan tukang-tukang untuk berlindung kala panas maupun hujan terlihat sesak. Terhitung, sekitar sepuluh orang yang duduk di dalam tenda sederhana itu. Tak lama, terdengar riuh rendah tawa di sana. Entah apa yang mereka perbincangkan, sehingga salah satu dari mereka masih belum berhenti tertawa.

Kualihkan tatapanku pada jam dinding di belakangku. Pukul sepuluh lewat lima menit. Wajar saja jika mereka, para tukang memilih beristirahat sejenak, sedang peluh dan tenaga mereka telah terkuras habis untuk meratakan tanah kuning yang terhampar di ujung jalan.

Lalu, sekelumit kalimat yang masih ku pertanyakan pada diriku sendiri. Mengeluh pada hal yang tak pantas dikeluhkan terlihat seperti lelucon. Sedangkan yang kulihat di seberang sana. Para tukang menguras tenaga, bercucuran peluh, hingga mungkin tangan yang melepuh ataupun terkena palu tampak terlihat bahagia dengan keadaannya.

Mungkin aku yang terlalu sombong, meletakkan hati hanya sebatas dengkul. Sedangkan mataku hanya memaku pada persoalan lelucon yang menghabiskan waktu hanya untuk kupikirkan setengah mati solusinya.

Ah entahlah. Aku tak paham dengan diskusi hati.


Mungkin, sebagian dari kalian yang membaca ini bertanya-tanya. Narasi panjang yang entah ditulis untuk apa dan tidak sama sekali cocok dengan tema yang diikutsertakan. Tapi, mari ku-urai perlahan.

Bagiku menulis, ialah hal sederhana namun memeluk penuh sebuah makna, yang mana di dalam tulisan tersebut merupakan visualisasi dalam bentuk kata-kata tentang apa yang sedang kulihat dan kudengar. Menulis sama halnya menelanjangi pikiran, membuka mata, membuka telinga dan tentunya membuka hati nurani.

Pernahkah kamu merasakan di mana semesta tidak memihak kepadamu, atau ketika dirimu dikalahkan oleh keadaan, atau pernah merasakan kebodohan yang berujung pada kehilangan?

Jika pernah, apa yang akan kamu lakukan? Mungkin, sebagian orang akan menceritakannya dalam bentuk tulisan, sehingga banyak dikatakan bahwa menulis dapat menjadi sarana terapi pikiran.
Tetapi lebih dari itu, menulis bagiku merupakan sebuah keharusan bukan hanya sekedar hobi. Selain dapat memperbaharui kosa kata, setidaknya kata-kata yang berlarian di kepala dapat kusulap menjadi karya.

Jika kalian bertanya apa manfaatnya menulis? Maka aku hanya mampu menjawab, menulis sama halnya dengan investasi masa depan dan tolak ukur personal. Bisa saja tulisan yang telah kita tulis di baca oleh anak cucu kita sendiri atau setidaknya memberikan kenangan tentang apa yang pernah kita tuliskan dahulu.

Tolak ukur personal, menurutku merupakan sebuah capaian tentang hal apa saja yang pernah kita lakukan. Misalnya, menulis untuk media online, tentunya sebelum diterbitkan oleh penerbit media online, sebuah tulisan akan memasuki meja editor. Dan, jika tulisan tersebut pantas dan layak lolos dari meja editor maka tulisan akan diterbitkan oleh media online.

Bukankah bisa menjadi kebahagiaan tersendiri, jika kita dapat menerbitkan sebuah tulisan yang lolos seleksi editor dari sekian ribu tulisan lainnya yang bersaing untuk diterbitkan?

Ah semoga sekiranya, cuap-cuap yang kulantunkan dapat bermanfaat walau hanya secuil.

Salam dari wanita melankolis pecinta senja, pantai, kopi dan buku.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

#PUISI "Lembayung Senja"

#Puisi "Sudahkah Kamu Bersyukur Hari Ini?"

#Puisi "Mencintaimu dengan Caraku"